Tampilkan postingan dengan label mbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mbah. Tampilkan semua postingan

30 Nov 2010

Embah Datang, Tentu Saja Hatiku Senang

Agak terburu-buru aku pulang sekolah. Aku ingin cepat sampai di rumah dan bertemu dengan embah. Ya, hari ini mbah kakung dan mbah putri akan datang ke rumah. Meski belum ada dua bulan berpisah, tapi aku rindu sekali rasanya. 

Sayang, saat aku pulang embah justru belum datang. Abi baru siap-siap untuk menjemput embah. Aku sampai ngos-ngosan, ternyata embah masih di jalan.

Saat embah kakung dan mbah putri datang, keharuan terlihat jelas di wajah mereka. Mbah kakung ingin menggendongku, tapi tentu saja aku tidak mau. Aku malu, apalagi tinggi badanku kini sudah hampir sama dengan mbah kakung. Begitu juga dengan mbah putri, aku lihat mbah putri menangis. Bahkan saat sholat dzuhurpun mbah putri tak mampu menahan derai air matanya. Aku tahu mbah putri terharu melihatku, abi dan juga teringat almarhumah umi. Apalagi memang photo-photo umi kini banyak dipajang sama abi.

Semula kuperkirakan mbah kakung dan mbah putri akan tinggal lama di Tangerang. Paling tidak seminggu, seperti yang diperkirakan abi. Tapi ternyata mbah hanya tinggal beberapa hari. Datang Sabtu siang, Selasa sore sudah pulang ke Kebumen lagi. Bukan, bukan karena mereka tak betah di sini, tapi sebenarnya mereka sudah sembilan hari di Bekasi. Ya, kedatangan mbah ke sini selain karena rindu pada kami, juga karena embah mengengok mas Azis yang habis operasi. Tanggal 13 November lalu mas Azis menjalani operasi hernia. Jadi mbah memang lebih lama tinggal di Bekasi, menunggu sampai mas Azis pulih. 

Alhamdulillah, tujuh belas hari setelah operasi kondisi mas Azis pulih kembali. Bahkan bisa ikut mbah kakung dan mbah putri pulang kampung. Selamat jalan mbah, insya Allah satu saat nanti aku dan abi akan pulang agar kita bisa bersama lagi.


7 Jul 2010

Selamat Jalan

Waktu berlalu sangat cepat, itu yang aku rasa. Seminggu sudah mba Endah dan Nisa liburan bersamaku. Dan Jum’at sore mbak Endah harus meninggalkan Tangerang menuju Cibitung, ke tempat mbak Menik. Di antar mas Azis, mbak Endah dibonceng motor. Jam setengah lima sore mereka berangkat dari rumah dan kalau tidak macet jam delapan malam mereka baru sampai di tempat mbak Menik. Di sana mbak Endah hanya bisa menginap semalam, karena malam minggunya mbak Endah harus sudah berada di tempat mbak Arum. Minggu pagi, mbak Endah dan keluarga Bude Arum akan pulang ke Kebumen menggunakan kereta api melalui stasiun Bekasi. Selamat jalan mbak Endah, hati-hati di jalan. Aku berharap, liburan depan kita bisa menghabiskannya bersama lagi.

Dua hari dari kepulangan mbak Endah, mbah putri dan Nisapun harus pulang ke Kebumen. Mbah kakung sudah berpesan agar paling telat Rabu pagi mereka harus sudah di rumah. Mereka harus beristirahat dengan cukup karena Jum’at pagi mereka akan segera ke Purwodadi, Semarang menghadiri hajatan keluarga dari mbah Kakung.

Diantar mas Okta, aku dan ummi membonceng motor menuju agen bus Sinar Jaya, tak jauh dari tempat tinggal kami. Mbah putri dan Nisa dibonceng abi. Sayang, sampai di sana bus sudah berangkat, dan semua penumpang yang tertinggal bisa menyusul di agen berikutnya yang terletak di dekat pintu tol Bitung. Untuk sampai disana, kami harus melewati jalan raya sehingga tak mungkin mas Okta yang mengantar, lagian tak satupun dari kami yang membawa helm. Mas Okta akhirnya pulang, memanggil mas Fajar sekaligus mengambilkan helm untuk kami. Tanpa tunggu lama-lama, kami segera meluncur ke agen di Bitung melalui jalur alternatif karena jalanan sore itu sudah macet.

Setelah melewati kemacetan yang lumayan panjang karena jalan sedang dilakukan perbaikan, akhirnya kami sampai di agen Bitung. Sebagian besar penumpang sudah memenuhi bus. Mbah putri dan Nisa termasuk penumpang yang terakhir naik. Sesuai dugaan, di sini Nisa tak bisa menahan sedihnya. Saat bersalaman, Nisa tak mau melepaskan tanganku dan juga tangan ummi. Dia merengek agar kami ikut, atau dia tidak jadi pulang sore itu. Dua pilihan yang tak mungkin dikabulkan.

Sebenarnya, bukan hanya Nisa yang sedih. Aku dan ummipun merasakan kesedihan yang sama. Untuk menghilangkan kesedihan, abi sengaja mengajak kami pulang lewat jalur alternatif, melewati pabrik obat tempat dulu abi kerja yang kini sedang dibangun tingkat sembilan, mirip dengan hotel.

Selamat mbah putri, Nisa. Sungguh sedih melepas kepergianmu, semoga kalian selamat sampai tujuan dan insya Allah lebaran nanti kami akan pulang, berkumpul bersama kalian.

26 Jun 2010

Selamat Datang

“Besok mbah Kakung, mbah Putri, Nisa dan mba Endah akan kesini?” tanyaku sore itu. Alhamdulillah, aku sudah kangen sekali dengan mereka. Dua hari menunggu kedatangan mereka terasa lama sekali. Tak sabar aku membayangkan bermain bersama Nisa yang lucu dan mba Endah yang pastinya kini sudah beranjak remaja. Ya, mba Endah kini sudah kelas dua SMP.

Alhamdulillah, Sabtu pagi mereka semua datang dengan selamat. Dari Gombong mereka naik bus Sinar Jaya dan sampai di rumah pukul 5 pagi. Abi, pakde Okta dan Om Budi yang menjemput mereka di pul Sinar Jaya. Alhamdulillh, semua sehat dan selamat. Terima kasih ya Allah, terima kasih karena Engkau telah melindungi keluargaku hingga kami bisa berkumpul dalam suasana yang bahagia.

Selamat datang mbah, Nisa dan mba Endah. Bahagia sekali aku menyambut kedatanganmu. Liburan ini tak lagi sepi. Kita bakal bermain bersama, dan mba Endah harus mau mengajariku naik sepeda. Nisa, aku ingin foto-foto denganmu yang kata abi dan ummi kamu itu fotogenic. 

Alhamdulillah, semoga semua rencana selama liburan dapat berjalan dengan lancar. Dengan izin dan karuniaMu ya Allah. Amin.