1 Jan 2011

Tak Ada Akar, Rotanpun Jadi

Pertama membaca judul postingan, barangkali sahabat akan mengira bahwa aku salah tulis. Tidak, aku tidak salah tulis meskipun pepatah yang sering kita dengar adalah sebaliknya, tak ada rotan akarpun jadi.

Ada yang tak biasa dengan pergantian tahun 2010 ke 2011 semalam. Tahun-tahun sebelumnya kami melalui malam pergantian tahun baru dengan berkumpul bersama keluarga. Beberapa kali kami lewati pergantian tahun baru bersama keluarga besar di Kebumen, selebihnya dengan keluarga Bude dan Bulik di Tangerang. Tak ada acara istimewa, hanya kumpul keluarga saja. Untuk mengisi acara, terkadang kami mengadakan bakar ayam atau ikan, dilanjutkan makan bersama. Sederhana tapi justru sangat berkesan.

Tapi, pergantian tahun kali ini ada yang berbeda. Biasanya kami melewatinya bertiga, kini hanya berdua, hanya aku dan abi saja. Ini adalah pergantian tahun pertama tanpa ummi. Semoga ummi kini tenang dan bahagia di sisi Allah SWT, amin. Yang kedua, barangkali karena tak ingin membuka kenangan lama, Bude maupun Bulik tak mengadakan acara bakar ayam ataupun ikan. Pergantian tahun kali ini tak ada acara yang direncanakan sebelumnya. Inilah yang akhirnya kusebut, tak ada akar, rotanpun jadi. Tak ada bakar-bakar, jalan-jalanpun jadi.

Bada’ isya, aku dan abi jalan-jalan berdua, sekedar ingin melihat keramaian mereka yang menyambut malam pergantian tahun dengan berbagai acara meriah. Ada yang membuat panggung hiburan, mengunjungi pusat perbelanjaan maupun duduk santai sambil menikmati aneka jajanan di taman. 

Tahun baru dan terompet, dua hal yang sepertinya tidak bisa dipisahkan. Bahkan, meski tak ditiup aku juga membawa terompet berbentuk naga yang sudah kubeli seminggu yang lalu. Sebenarnya aku bukan ingin meniup terompetnya, tapi aku tertarik dengan bentuknya yang unik. Dan sepanjang perjalanan, aku benar-benar tak meniup terompet. Terlebih kemudian terompet yang terbuat dari kertas  mengkilap warna merah dengan kepala naga berwarna putih keperakan itu patah jadi dua. 

Dan menjelang tengah malam, aku, abi, Bude, Pakde, mas Okta dan beberapa tetangga naik ke tower belakang rumah untuk menikmati kembang api dari ketinggian lebih dari 7 meter. Langit yang cukup cerah semakin terlihat meriah dengan aneka kembang api yang warna-warni.

Ya Allah, pergantian tahun ini menjadi ‘berbeda’ bagiku, semoga  di sana seseorang yang sangat  'special' di hatiku juga berbahagia di sisi Mu. Kelak, bila tiba masanya izinkan kami kembali berkumpul bersama di syurga Mu. Amin ya Allah ya robbal ‘alamin.

Gambar dipinjam dari sini dan sini

1 komentar:

  1. InsyaAllah ummi tersenyum di sana sayang. selamat tahun baru. makin semangat ya dek

    BalasHapus