Alhamdulillah, lega rasanya. Senin kemarin adalah hari terakhir Ujian Akhri Semester. Meski tidak semua soal bisa kukerjakan dengan sempurna, paling tidak dari beberapa hasil yang sudah diumumkan nilaiku termasuk lumayan. Rata-rata masih berada diatas teman-temanku, terutama dibandingkan nilai Melvina, saingan terberatku. Juga Thomas, yang secara mengejutkan nilai ulangan semester kali ini beberapa diantaranya lebih unggul dibanding nilai Melvina.
Sudahlah, tes sudah berlalu, tinggal menunggu raport dibagikan. Dan masih ada satu tugas lagi yang harus aku laksanakan. Ini bukan tugas pribadi, tapi amanah dari seluruh teman sekelasku. Aku, Thomas dan Bagus akan berjuang atas nama kelasku dalam lomba cerdas cermat yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 10 Muharram.
Waktu berjalan dengan cepat. Aku yang semalam masih terlelap, tiba-tiba kini harus berhadapan dengan lawan lombaku, perwakilan dari seluruh kelas empat dan enam. Ada sembilan grup yang akan berlomba siang tadi. Pihak panitia membagi kesembilan grup ini dalam tiga gelombang, masing-masing tiga grup, tanpa melihat tingkatan kelas. Kami akan mengambil nomor undian dan disanalah akan ditentukan kami berlomba di gelombang keberapa dan melawan grup dari kelas mana. Ya, lomba cerdas cermat kali ini memang sengaja menggabungkan tiga tingkatan, dari kelas empat, lima dan enam sekaligus. Dan agar semua berjalan seimbang, pihak panitia sudah membagikan materi yang akan dilombakan untuk dipelajari. Masing-masing kami mendapatkan materi yang sama, tinggal tergantung kesiapan kami mempelajarinya.
Saat mengambil nomor undian, aku mendapat nomor 2B. Itu artinya aku akan bermain di gelombang kedua dan grupku adalah B. Ini berarti pula aku harus berhadapan dengan kelas VI B yang mendapat undian 2A, dan kelas VI C yang mendapatkan kupon 2C.
Gelombang pertama berakhir dengan perwakilan dari VI A sebagai juaranya. Dengan berakhirnya gelombang pertama, maka gelombang keduapun dimulai. Suara gemuruh teman-teman yang menyemangati kami sedikit mengurangi rasa grogiku. Tapi aku yakin, meski kedua lawanku berasal dari kelas setingkat diatasku, bukan berarti mereka bisa memastikan diri menjadi juara.
Perlombaan gelombang kedua ini berjalan cukup seru. Di babak wajib, aku dan perwakilan kelas VI C mendapatkan nilai seri. Begitupun sampai babak rebutan, nilai kami sama-sama 1300, sedang perwakilan kelas VI B hanya mendapatkan 800. Satu pertanyaan diajukan untuk mencari siapa yang akan maju ke babak final. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menjawab pertanyaan itu dan mengantarkan kami menjadi juara di gelombang kedua. Kami berhak masuk ke babak final. Alhamdulillah.
Ronde ketiga dimenangkan oleh kelas IV C. Jadi, dibabak final nanti akan ada perwakilan dari kelas IV C, kelas V A dan juga kelas VI A. Secara kebetulan, yang berhak maju ke babak final masing-masing dari tingkatan yang berbeda.
Lagi-lagi, waktu berjalan dengan begitu cepat. Aku dan kedua temanku sudah berada di babak final, mencoba bersaing dengan kakak dan adik kelasku. Namun, di babak final ini sepertinya kami kurang beruntung. Selain sekitar 70% dari soal yang diajukan belum kami pelajari, juga posisi kami yang di grup B sangat menguntungkan kelas VI A yang berada di grup A dan kelas IV C di grup C. Saat pertanyaan lemparan, perwakilan kelas IV C sering tidak bisa menjawab dan akhirnya dilemparkan ke grup kelas VI A, padahal aku juga bisa menjawab pertanyaan itu. Sayang, seandainya babak rebutan, aku masih ada kesempatan untuk menghalangi perwakilan kelas VI A menjadi juara.
Babak final berakhir dengan perwakilan kelas VI A sebagai juara. Nilai yang mereka peroleh 1650, sedang kami mendapat nilai 1000, dan nilai 800 untuk grup kelas IV C. Llomba cerdas cermat kali ini dimenangkan oleh kelas IV, disusul kelas V dan kelas IV. Meski gagal menjadi juara utama, kami cukup puas dengan hasil perjuangan kami. Banyak pihak berkomentar bahwa meski tak jadi juara utama, sesungguhnya kami telah menjadi juara. Wajar bila kelas VI yang menjadi juara, sudah bisa dipastikan pelajaran mereka sudah lebih jauh dari kami.
Ada satu hal yang menarik saat lomba penyisihan tadi. Saat kami ditetapkan sebagai juara gelombang kedua dan berhak maju ke babak final, ada salah satu perwakilan dari kelas VI yang menatap tajam kearahku. Dia tak terima kami kalahkan. Aneh, apa salah dan dosaku? Bukankah semuanya berjalan dengan sportif? Satu pelajaran kudapat dari lomba kali ini. Pertama, dalam mengikuti lomba kita harus sportif dan pantang menyerah. Kedua, juara bukan saja bagi mereka yang berhasil memenangkan lomba, tapi juga bagi yang mampu berlapang dada, bersikap sewajarnya dalam menerima kekalahan maupun kemenangan.
Gambar dipinjam dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar