Sabtu pagi 25 September 2010, umi diantar mbah putri dan pakde Eris sampai di Tengerang dengan selamat. Alhamdulillah, meski saat datang aku dan abi keburu berangkat sekolah dan ke kantor rasanya hatiku lega dan bahagia sekali. Lengkap kembali keluarga ini, ada abi ada juga umi.
Sesuai rencana, keesokan paginya umi kembali mendatangi haji Jaha di daerah Paku Haji untuk melanjutkan terapi yang sempat tertunda karena mudik kemarin. Meski lemah, namun umi dan abi tetap semangat menjalani ikhtiar ini.
Manusia hanya bisa berikhtiar, Allahlah yang menentukan hasilnya. Selasa dini hari kondisi umi memburuk lagi. Jika sore harinya umi hanya merasakan kepanasan pada kakinya akibat direndam dengan ramuan rempah-rempah agar bengkaknya berkurang, maka lewat tengah malam umi mengalami muntah-muntah. Umi memuntahkan cairan encer berwarna hitam. Sejak kemarin umi memang hanya makan sedikit sekali, jadi tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan, hanya cairan hitam saja yang keluar. Cairan apa yang dimuntahkan umi, kalau darah kok warnanya hitam? Mungkin itu penyakit yang sedang dikeluarkan, efek dari pengobatan yang dilakukan pak haji, begitu abi mencoba mengira-ngira untuk menenangkan kami.
Umi, abi, mbah putri dan pakde serta bude semakin cemas karena sejak pukul 02.00 dini hari hingga maghrib, umi memuntahkan cairan hitam sebanyak 12 kali. Tak ada makanan sedikitpun yang masuk. Abi mencoba menghubungi haji Jaha untuk berkonsultasi namun gagal karena pak haji sedang berada di Jawa dan asistennya tak berani memberikan nomer telpon yang bisa dihubungi.
Umi semakin panik, kondisinya sempat kritis pas berbarengan dengan maghrib. Bada’ maghrib umi kembali dibawa ke rumah sakit Dinda untuk berobat. Bahkan abi langsung memesan kamar untuk umi melalui telpon. Di rumah sakit Dinda umi langsung di observasi di ruang UGD. Sayang, dokter menyebutkan bahwa kondisi umi sudah semakin buruk, ditandai dengan muntahan hitam yang ternyata adalah darah yang sudah terkontaminasi racun. Tak ada pilihan lagi, mau tidak mau umi harus menjalani cuci darah di rumah sakit lain setelah kondisi umi memungkinkan. Pihak rumah sakit Dinda bersedia merawat sampai kondisi umi siap untuk melakukan cuci darah.
Umi, Abi dan seluruh keluarga sepakat untuk tidak mengikuti saran dokter, melakukan cuci darah. Malam tadi, dengan menggunakan mobil pakde Turiman, umi dilarikan ke daerah Tanara, Serang untuk berobat alternative di sana.
Ya Allah, apapun yang terjadi pada umi, kumohon sembuhkan umi ya Allah, berilah umi kesabaran, ketabahan dan kekuatan untuk bisa melewati masa kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar