
Sudah siang begini, Daffa belum sampai rumah. Kemana dia? Main? Diculik? Daffa hilang?
Dan semuapun menjadi panik!.
Daffa Hady Permana, sebenarnya bukan adik kandungku, tapi dia sudah menjadi bagian dari keluargaku. Dia sudah kuanggap layaknya adik kandungku sendiri. Sejak usia 3 tahun, Daffa diasuh ummiku hingga kini sudah kelas 1 SD.
Sebagai anak laki-laki, Daffa memang termasuk bandel dan susah dinasihatin. Namun kelucuannya seringkali membuat kejengkelan kami menjadi gampang hilang. Kemarin, Daffa kembali berulah. Ummi yang sudah beberapa hari sakit dan tak bisa mengantar juga menjemput ke sekolah dibuatnya panik bukan kepalang. Bahkan Bude, Pakde, Mas Fajar, Mas Okta dan Mas Azis juga ikut cemas.
Biasanya, jam 09.30 Daffa sudah sampai rumah, tapi kemarin ditunggu sampai jam 10.30 dia belum juga sampai rumah. Ummi mulai gelisah. Ummi tahu persis bagaimana kelakuan Daffa baik di rumah maupun di sekolah. Bulan kemarin saja, Ummi memergoki Daffa sedang memukuli teman sekelasnya pada saat jam pelajaran, padahal anak yang dia pukuli itu hanya diam saja. Sepulang sekolah, ummi langsung memarahi dan Daffa pun berjanji tidak akan nakal lagi. Tapi, ulah apa lagi yang dia bikin kali ini?
Rasa cemas ummi sudah makin menjadi. Dengan diantar Bude Okta, ummi yang sebenarnya masih dalam kondisi sakit, mencoba menyusul ke sekolah. Tapi bu guru bilang, anak kelas 1 sudah pulang sejak 1.5 jam yang lalu. Air mata ummi tak tertahan lagi. Ummi benar-benar khawatir, jangan-jangan Daffa diculik. Dengan berurai air mata, ummi mencoba mencari ke rumah beberapa teman Daffa yang ummi tahu. Hasilnya nihil. Ummi makin panik. Pak De, Mas Fajar, Okta dan Azis mencoba ikut mencari, tapi tetap saja Daffa tak ketemu.
Akhirnya, ketika ummi sudah kebingungan mau kemana lagi harus mencari, disaat ummi hampir putus asa, ummi melihat Daffa sedang berjalan sendiri menuju rumah. Ummi tak dapat menahan perasaan. Ummi langsung memeluk tubuh kecilnya yang mulai basah berkeringat. Ummi tak sanggup memarahinya, ummi malah menangis. Ada rasa jengkel, sedih namun juga senang karena Daffa ternyata tidak hilang, tidak diculik, tetapi pulang sekolah langsung main ke rumah temannya.
Kecemasan, kemarahan ummi berangsur mereda. Daffa tidak dimarahi, hanya dinasihati agar tidak mengulangi lagi. Bagaimanapun bubar sekolah tidak boleh main kemanapun, harus pulang dulu, kalaupun ingin main harus minta ijin dulu. Dan Daffa pun berjanji, tidak akan mengulangi kenakalannya kali ini, juga kenakalannya bulan yang lalu. Benarkah Daffa benar-benar memegang janjinya? Semoga!
Dan semuapun menjadi panik!.
Daffa Hady Permana, sebenarnya bukan adik kandungku, tapi dia sudah menjadi bagian dari keluargaku. Dia sudah kuanggap layaknya adik kandungku sendiri. Sejak usia 3 tahun, Daffa diasuh ummiku hingga kini sudah kelas 1 SD.
Sebagai anak laki-laki, Daffa memang termasuk bandel dan susah dinasihatin. Namun kelucuannya seringkali membuat kejengkelan kami menjadi gampang hilang. Kemarin, Daffa kembali berulah. Ummi yang sudah beberapa hari sakit dan tak bisa mengantar juga menjemput ke sekolah dibuatnya panik bukan kepalang. Bahkan Bude, Pakde, Mas Fajar, Mas Okta dan Mas Azis juga ikut cemas.
Biasanya, jam 09.30 Daffa sudah sampai rumah, tapi kemarin ditunggu sampai jam 10.30 dia belum juga sampai rumah. Ummi mulai gelisah. Ummi tahu persis bagaimana kelakuan Daffa baik di rumah maupun di sekolah. Bulan kemarin saja, Ummi memergoki Daffa sedang memukuli teman sekelasnya pada saat jam pelajaran, padahal anak yang dia pukuli itu hanya diam saja. Sepulang sekolah, ummi langsung memarahi dan Daffa pun berjanji tidak akan nakal lagi. Tapi, ulah apa lagi yang dia bikin kali ini?
Rasa cemas ummi sudah makin menjadi. Dengan diantar Bude Okta, ummi yang sebenarnya masih dalam kondisi sakit, mencoba menyusul ke sekolah. Tapi bu guru bilang, anak kelas 1 sudah pulang sejak 1.5 jam yang lalu. Air mata ummi tak tertahan lagi. Ummi benar-benar khawatir, jangan-jangan Daffa diculik. Dengan berurai air mata, ummi mencoba mencari ke rumah beberapa teman Daffa yang ummi tahu. Hasilnya nihil. Ummi makin panik. Pak De, Mas Fajar, Okta dan Azis mencoba ikut mencari, tapi tetap saja Daffa tak ketemu.
Akhirnya, ketika ummi sudah kebingungan mau kemana lagi harus mencari, disaat ummi hampir putus asa, ummi melihat Daffa sedang berjalan sendiri menuju rumah. Ummi tak dapat menahan perasaan. Ummi langsung memeluk tubuh kecilnya yang mulai basah berkeringat. Ummi tak sanggup memarahinya, ummi malah menangis. Ada rasa jengkel, sedih namun juga senang karena Daffa ternyata tidak hilang, tidak diculik, tetapi pulang sekolah langsung main ke rumah temannya.
Kecemasan, kemarahan ummi berangsur mereda. Daffa tidak dimarahi, hanya dinasihati agar tidak mengulangi lagi. Bagaimanapun bubar sekolah tidak boleh main kemanapun, harus pulang dulu, kalaupun ingin main harus minta ijin dulu. Dan Daffa pun berjanji, tidak akan mengulangi kenakalannya kali ini, juga kenakalannya bulan yang lalu. Benarkah Daffa benar-benar memegang janjinya? Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar