20 Okt 2009

Dari Ulang Tahun Hingga Berobat Ke Klinik




Hari minggu kemarin aku benar-benar disibukkan dengan acara keluarga. Jam 4 sore aku ada undangan ulang tahunnya si Dewi, tetangga depan rumahku. Suasana pesta ulang tahunnya sendiri berjalan cukup meriah. Ada penampilan mbak Sukma yang juga berduet dengan mbak Anis.

Usai acara ulang tahun di rumah Dewi, abi dan ummi sudah menungguku. Jam 17.20 kami segera meluncur ke perumahan Griya Curug. Rumah yang kami tuju adalah rumah Om Gatot yang semenjak lebaran kemarin belum sempat kami datangi. Bukan cuman aku, abi dan juga ummi, tapi mas Azis dan Lek Hu juga ikut. Tiba di sana berbarengan dengan azan Maghrib. Abi, Mas Azis dan lek Hu sholat di musholla, sedang aku dan ummi di rumah om Gatot. Usai sholat, kami ngobrol santai di saung yang berada di belakang rumah. Sesekali si Abim ( anak om Gatot ) meledekku dan mengajakku bermain. Usai makan malam dengan ayam bakar kami kemudian berpamitan sekitar jam 20.00 wib. ( Om Gatot adalah pemilik warung makan yang menjual soto khas Gombong dan ayam bakar di depan gerbang masuk komplek. Karena kami datang hari Minggu, maka warung tutup/libur, sehingga kami tak sempat mencicipi soto Gombong yang menjadi menu andalan di warung makan yang baru dibuka 27 September kemarin ini ).

Semula kami berencana akan mampir di pasar malam, namun dibatalkan karena secara mendadak abi mengajak kami untuk mampir di tempat Lek Wahyu. Tak apalah, lagian hari sudah cukup malam, belum nanti harus mampir di klinik karena ummi sudah beberapa hari ini merasa tidak enak badan. Di tempat lek Wahyu kami hanya mampir sekitar setengah jam, ngobrol sebentar kemudian berpamitan. Mas Azis dan Lek Hu langsung pulang, sementara kami bertiga mampir dulu di klinik yang kebetulan letaknya searah dengan jalan pulang.

Sampai di klinik pasien sepi, bahkan ummi adalah pasien satu-satunya. Dokter yang jaga saat itu adalah dokter laki-laki yang belakangan kuketahui kalau orangnya cukup ramah, tidak seperti yang aku sangka sebelumnya. Ada kabar kurang mengenakan, menurut hasil pemeriksaan dokter, tekanan darah ummi mencapai 200/110. Bukan hanya ummi yang kaget, tapi sang dokterpun tidak percaya hingga harus memanggil suster untuk mencoba mengecek lagi, namun hasilnya sama.

Yang dokter heran, meski tekanan darah ummi jauh di atas normal untuk usianya, namun ummi sama sekali tidak merasakan keluhan layaknya orang-orang yang mengidap penyakit ini. Ummi hanya merasa kurang segar, susah tidur dan belakangan yang dikeluhkan justru seputar sakit maaghnya yang dua malam sebelumnya sempat kambuh saat tengah malam. Dokter kemudian memberi ummi obat penurun darah tinggi, dan mengingatkan jika obat habis ummi harus kontrol lagi, bahkan harus sering-sering kontrol. Dokter khawatir bahwa tekanan darah ummi disebabkan faktor lain. Sepanjang pengetahuan dokter, untuk seusia ummi, tekanan 200 sudah sangat tinggi dan bisa berbahaya jika tidak ditangani secara serius dan hati-hati. Pesan terakhir dokter, begitu obat habis ummi harus segera kontrol, jika hasilnya masih tinggi umi disarankan untuk cek darah. Dokter khawatir ada pengaruh ginjal di tekanan darah ummi yang jauh di atas normal.

Ummi terlihat kaget, namun sesaat kemudian bisa menguasai perasaan. Aku tak kalah kaget, aku sedih. Beruntung abi bisa menguatkan hati ummi, hingga ummi bisa menerima cobaan ini dengan penuh keikhlasan.


Ya Allah, apapun sakit yang kini tengah engkau berikan pada ummi, kumohon kuatkanlah ummi menghadapinya. Berikanlah ummi kesembuhan, pulihkan ummi seperti sedia kala. Ya Allah, aku mohon temukan ummi dengan obat untuk penyakitnya. Amin ya Allah ya robbal alamin…….

Ummi…..sabar ya, Bila akan selalu berdoa untuk ummi. Bila juga janji akan membantu meringankan kerja ummi di rumah sebisa Bila agar ummi bisa lebih banyak bersitirahat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar