11 Agu 2009

Mungkin Belum Waktunya Berseragam Dokter

Sudah sejak lama, setiap kali ditanya apa cita-citaku, dengan mantap aku menjawab “ Aku pengin jadi dokter!”, meskipun sampai hari ini aku paling takut kalau harus bertemu dengan dokter. Sebenarnya bukan takut ketemu dokternya, tapi takut kalau harus disuntik. Walau begitu, tidak ada salahnya kalau aku memiliki cita-cita menjadi dokter, kan dokter kerjanya mengobati orang sakit, termasuk menyuntik bukan disuntik, begitu pikirku :))

Kemarin, waktu pembagian acara karnaval, ibu guru menyuruhku untuk memakai pakaian dokter kecil. “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga aku memakai baju dokter”, kataku dalam hati. Tapi….dari mana aku dapat pinjam baju dan perlengkapan dokter kecil? Dimana ada tempat penyewaan seragam dokter? Apakah abi mau membelikanku seragam dan peralatan dokter hanya untuk karnaval nanti?. Antara senang dan cemas aku memikirkan acara karnaval yang masih kurang seminggu lagi.

Dengan harap-harap cemas, akhirnya aku sampaikan pada abi dan ummiku kalau acara karnaval nanti aku kebagian memakai seragam dokter. Semula aku takut mereka tidak setuju, tapi meski tidak yakin abi sama ummi akan berusaha untuk menyewa seragam dokter kecil. Aku jadi merasa lega dan bahagia sekali. Aku mulai membayangkan saat karnaval nanti aku memakai pakaian yang ingin sekali benar-benar aku pakai saat dewasa nanti.

Beberapa hari kemarin abi sama ummi mondar-mandir mencari tempat yang menyewakan pakaian dokter kecil. Bahkan abi sudah mencoba tanya ke toko pakaian seragam langganan kami, tapi hasilnya nihil. Tak ingin mengecewakanku, abi mencoba menghubungi Om Heru. Katanya sih ada, cuman harga sewanya Rp. 50.000,00. Harga yang terlalu mahal untuk pemakaian yang hanya beberapa jam saja. Om Heru bilang, dia akan usahakan untuk meminjam sama tetangga, yang kebetulan anaknya ikut kegiatan dokter kecil di sekolah.

Aku tahu abi dan ummi sungguh-sungguh mencarikan aku seragam dokter kecil, tapi ternyata selain sulit, kalaupun ada harga sewanya mahal sekali, hampir sama dengan membeli seragam baru. Bahkan seragam sekolahku saja tak sampai seharga itu. Aku mulai kasihan sama abi dan ummi. Akhirnya, aku terima usulan abi untuk menghadap Bu Guru dan mengatakan kalau abi dan ummi tidak bisa menyediakan pakaian dokter untuk karnaval nanti. Alhamdulillah, ibu Guru mengerti dengan kesulitan kami. Dengan bijak beliau memperbolehkan aku ikut karnaval dengan memakai seragam pramuka lengkap saja. Lega, meskipun batal memakai pakaian dokter, tapi hatiku justru merasa lebih lega. Mungkin belum saatnya aku memakai pakaian yang aku impi-impikan itu. Mudah-mudahan kelak aku benar-benar bisa memakai seragam impianku itu. Insya Allah. Amin.

2 komentar:

  1. Bila, maafin abi ya nak ya. Abi nda bisa memenuhi keinginanmu. Tapi jangan kecewa dulu, meski gagal berkarnaval memakai baju kebangganmu, mudah-mudahan dengan izin Allah, dengan kemurahan Nya, kelak cita-citamu kesampaian dan kamu benar-benar memakai seragam dokter, bukan di karnaval tapi di tugas keseharianmu. amin.

    BalasHapus
  2. Subhanallah dek, mbak pengen nangis baca blognya adek, ya pengen nangis, ya malu, mbak aja yang udah gede segini, udah kelas 3 sma aja kalo minta apa-apa kadang2 harus selalu terpenuhi, gak jarang juga ngambek,

    semoga cita-citanya tercapai ya,
    amin,

    BalasHapus